TUGAS BIOTEKNOLOGI
PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN
oleh :
Dina Liswati
PSB 2012 UNESA
FMIPA
Tugas :
11. Lakukan pengamatan terhadap media kultur sederhana
dan media MS, masukkan dalam tabel pengamatan berapa media yang steril dan
media yang terkontaminasi pada setiap pembuatan media.
22. Lakukan pengamatan pada eksplan yang dikultur,
masukkan dalam tabel pengamatan.
33. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
kontaminasi pada media dan eksplan yang dikultur.
44. Jelaskan bagaimana cara mengatasi masalah
kontaminasi tersebut
Pengamatan dan
foto :
pada media “Dina 1”mengalami
kontaminasi
pada media “Dina 1”mengalami
kontaminasi
|
pada media “Dina 2” tidak mengalami kontaminasi
|
I.
Faktor-faktor kontaminasi
Kontaminasi merupakan
permasalahan mendasar yang sering terjadi pada kultur in vitro. Pada kondisi
media yang mengandung sukrosa dan hara, serta kelembaban dan suhu yang relatif
tinggi, memungkinkan mikroorganisme serta spora jamur tumbuh dan berkembang
dengan pesat. Kontaminasi pada kultur in vitro dapat berasal dari:
a.
Udara, cahaya, dan suhu
b.
Eksplan, baik secara eksternal maupun
internal.
c.
Organisme kecil yang masuk ke dalam
media, seperti semut.
d.
Botol kultur serta alat-alat yang kurang
steril.
e.
Lingkungan kerja dan ruang kultur yang
kotor.
f.
Kecerobohan dalam bekerja.
Setiap eksplan memiliki tingkat
kontaminasi permukaan yang berbedan tergantung dari :
a.
Jenis tumbuhannya
b.
Bagian tumbuhan yang dipergunakan
c.
Morfologi permukaan (misalnya berbulu
atau tidak)
d.
Lingkungan tumbuhnya (Green house atau
lapang)
e.
Musim waktu pengambilan (musim penghujan
atau musim kemarau)
f.
Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan
dewasa)
g.
Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit)
Mikroorganisme penyebab
kontaminasi dapat berupa bakteri, fungi, protozoa, serangga, virus dan
lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan munculnya benang-benang halus
yang berwarna putih, yang merupakan miselium fungi. fungi dapat menginfeksi
jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan jaringan
eksplan akan mati. Selain itu, kontaminasi oleh bakteri ditandai munculnya
bercak-bercak berlendir pada media atau eksplan. Bercak tersebut biasanya
berwarna putih yang merupakan koloni bakteri. Bakteri lebih sulit untuk
dideteksi dibandingkan dengan fungi karena dapat masuk ke dalam ruang antar
sel.
II.
Cara
mengatasi kontaminasi
Ada dua istilah dalam
permasalahan kontaminasi, yaitu kontaminasi eksternal dan kontaminasi internal.
1. Kontaminasi
eksternal atau kontaminasi permukaan biasanya disebabkan oleh mikroorganisme
yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi eksternal ini sangat cepat
karena mikroorganismenya berada permukaan eksplan. Kontaminasi permukaan dapat
diatasi dengan cara :
·
Karantina tanaman induk dalam greenhouse
·
Sterilisasi kontak dengan menyikat
eksplan dengan sikat halus
·
Pencucian menggunakan berbagai perlakuan
bahan kimia dan durasii sterilisasi.
·
Jika permukaan tanaman ditutupi oleh
rambut atau sisik, menggunakan detergen dan digoyang –goyang untuk mengilangkan
gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
·
Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
2. Kontaminasi Internal, kontaminasi yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari eksplan yang tumbuh dan
berkembang secara bertahap dalam kondisi in vitro. Pertumbuhan dan perkambangan
mikroorganisme internal biasanya muncul beberapa minggu / bulan setelah di
kultur. Kontaminasi internal dapat diminimalisir atau dapat diatasi dengan
cara:
·
Karantina tanaman induk dalam greenhouse
·
Menggunakan HgCl2 , antibiotik dan
fungisida sistemik
·
Contoh antibiotik alami yaitu propolis
·
Contoh antibiotika sintetik yaitu Plant
Preservative Mixture (PPM), Cefotaxime, Ceftriaxone, Chlorampenicol,
Rifampicin, dll.
·
Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
Browning/Pencoklatan
Pencoklatan adalah
suatu keadaan munculnya warna coklat atau hitam yang menyebabkan tidak terjadi
pertumbuhan dan perkembangan atau bahkan menyebabkan kematian pada eksplan.
Pencoklatan umumnya merupakan tanda adanya kemunduran fisiologis eksplan
biasanya eksplan akan mati.
Browning terjadi akibat
pengaruh akumulasi senyawa fenolik yang teroksidasi akibat stress mekanik atau
pelukaan pada eksplan. Senyawa fenol tersebut adalah enzim polifenol eksidase
dan tirosinase. Dalam kondisi oksidatif akibat pelukaan, enzim tersebut akan
secara alami disintesis oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan diri. Menurut
Laukkanen et al. (1999) dalam Hutami (2008), ketika sel rusak, isi dari
sitoplasma dan vakuola menjadi tercampur, kemudian senyawa fenol teroksidasi
menghambat aktivitas enzim. Senyawa fenol yang berlebihan akan bersifat racun
yang merusak jaringan eksplan dan akhirnya menyebabkan kematian eksplan (Corduk
and Aki, 2011).
Menurut
saya, pada media kultur jaringan yang mengalami kontaminasi ini terjadi karena
pengaruh suhu, cahaya, udara, alat dan bahan yang kurang steril, dan penutupan
media yang kurang rapat sehingga udara bisa masuk. Untuk mengatasi hal
tersebut, seharusnya yang dilakukan adalah ditempatkan pada suhu yang tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin, cahaya yang cukup, alat dan bahan harus
benar-benar disterilkan dengan baik, dan melakukan penutupan media kultur
jaringan yang rapat.
SUMBER :
http://kultur-jaringan.blogspot.com/2014/03/permasalahan-permasalahan-dalam-kultur.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar